PENARIKAN SUMBER DAYA MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya suatu perusahaan atau
suatu organisasi ingin meraih suatu keadaan dimana dapat meraih untung yang
sebesar-besarnya dan menjaga kelangsungan hidup perusahaaan atau organisasi
agar selalu dikenal oleh masyarakat. Keuntungan dan kelangsungan hidup
perusahaan atau suatu organisasi tersebut didapatkan dari hasil kerja yang
dilakukan selama kegiatan perusahaan tersebut berlangsung. Penarikan adalah
usaha untuk mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau melamar lowongan
pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan. Kegiatan kerja tersebut pasti akan
dilakukan oleh tenaga-tenaga SDM yang memang terlatih di bidangnya. Maka dari
itu perusahaan harus benar-benar memikirkan dengan serius untuk hal penarikan SDM
tersebut. Karena apabila ada kesalahan dalam penarikan tersebut maka akan susah
untuk menggantikannya. Dari semua itu perusahan atau suatu organisasi
membutuhkan adanya suatu perencanaan penarikan tenaga kerja. Penarikan tenaga
kerja tersebut adalah penarikan sumber daya manusia dalam arti mencari atau
melakukan penarikan tenaga kerja yang berkualitas. Penarikan dibutuhkan untuk
mencapai tujuan, yang dimana di dalam penarikan tenaga kerja terdapat berbagai
macam alternatif yang digunakan untuk menentukan masa depan perusahaan atau
organisasi tersebut. Dalam penarikan tersebut perusahaan harus menggunakan
teori-teori yang sudah ada dalam penarikan atau pengadaan tenaga kerja dalam
suatu perusahaan.
1.2. Permasalahan
Pada dasarnya perusahaan atau suatu organisasi
ingin membangun kegiatannya dengan semaksimal mungkin. Maka dari itu perusahaan
membutuhkan suatu penarikan SDM. Tetapi suatu penarikan bila tidak dilaksanakan
dengan baik maka penarikan tersebut akan dibuat percuma saja. Bukan dari itu
saja, penarikan dibuat untuk mengatur melihat masalah-masalah yang akan ada
dalam suatu perusahaan atau organisasi tersebut. Maka dari itu suatu penarikan
terdapat suatu alternatif-alternatif yang dibuat untuk memilih kegiatan apa
yang sebaik mungkin harus dilaksanakan. Dalam penarikan SDM, harus ada tenaga
SDM yang ahli. SDM tersebut adalah manusia, manusia sebagai makhluk hidup tidak
dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Itu adalah salah satu permasalahan
yang harus diantisipasi oleh suatu perusahaan atau suatu organisasi. Penarikan
tenaga kerja adalah suatu kontrol juga dalam suatu perusahaan atau organisasi,
bila kontrol tersebut berantakan maka kegiatan usaha tersebut akan tidak
berjalan dengan apa yang menjadi tujuan utama perusahaan atau organisasi
tersebut. Permasalahan yang sering terjadi juga dapat terjadi pada situasi
sumber daya manusia yaitu pada persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang
kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan. Bukan itu saja, kebijaksanaan
perburuhan pemerintah juga menjadi permasalahan seperti kompensasi, jenis
kelamin, dan WNA. Maka dari itu perusahaan harus membuat rencana yang sematang
mungkin untuk meminimalisasi permasalah-permasalahan yang ada.
1.3. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan
masalah pada teori penarikan SDM yang ada pada karya tulis ini, pembatasan
masalah ini dilakukan sebagai pembatasan teori agar karya tulis ini tidak
terlalu luas untuk membahas masalah penarikan SDM. Pembatasan ini berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan:
A. Apakah yang dimaksud dengan
penarikan ?
B. Apakah tujuan dari penarikan
sumber daya manusia ?
C. Apakah kendala-kendala dalam
penarikan sumber daya manusia ?
D. Bagaimana proses penarikan
sumber daya manusia ?
1.4. Sistematika Penulisan
Bab 1
Dalam bab ini membahas
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, dan
pembatasan masalah pada penarikan SDM.
Bab 2
Dalam bab ini karya
tulis ini membahas teori yang ada pada penarikan SDM. Di dalam bab ini
dijabarkan teori-teori apa saja yang berhubungan dengan kegiatan penarikan SDM.
Teori-teori ini dibahas selengkap mungkin, agar menjadi jelas dalam keterangan
penarikan SDM tersebut.
Bab 3
Dalam bab ini karya
tulis membahas pembatasan masalah yang sudah dibuat di bab sebelumnya.
Bab 4
Dalam bab ini penutup
dibuat, penutup terdiri dari kesimpulan dari apa yang menjadi
permasalahan-permasalahan yang ada dalam penarikan sumber daya manusia dan
adanya saran-saran yang penulis berikan yang berhubungan dengan penarikan
sumber daya manusia tersebut.
BAB II
TEORI PENARIKAN
2.1. Pengertian
Penarikan
Penarikan adalah
serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi,
kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Aktivitas penarikan dimulai
pada saat calon mulai dicari, dan berakhir pada saat lamaran mereka diserahkan.
2.2. Tujuan
Aktivitas Penarikan
Tujuan aktivitas penarikan terdiri dari :
1. Memikat pelamar yang melamar
kesempatan kerja,
2. Mempengaruhi pelamar menerima
tawaran pekerjaan yang mereka terima, dan
3. Sebagai sarana pertukaran
informasi.
2.3. Kendala-kendala
Penarikan
Kendala-kendala penarikan terdiri dari :
1. Karakteristik organisasional,
2. Kebijakan organisasional,
3. Tujuan organisasional,
4. Rencana-rencana sumber daya
manusia,
5. Program perjanjian kerja,
6. Kebiasaan-kebiasaan perekrut,
7. Kondisi eksternal, dan
8. Persyaratan pekerjaan.
2.4. Proses
Penarikan
Proses penarikan terdiri dari :
1. Pembuatan rencana untuk merekrut,
2. Penyusunan strategi untuk
merekrut,
3. Mencari pelamar kerja,
4. Menyisihkan pelamar yang tidak
cocok, dan
5. Mempertahankan kumpulan pelamar.
2.5. Alternatif
terhadap Penarikan
Alternatif terhadap penarikan terdiri dari :
1. Lembur,
2. Kontrak,
3. Karyawan temporer, dan
4. Leasing.
2.6. Sumber-sumber
Penarikan
Sumber-sumber penarikan terdiri dari :
1. Sumber internal, dan
2. Sumber eksternal.
2.7. Saluran-saluran
Penarikan
Saluran-saluran penarikan terdiri
dari :
1. Job posting,
2. Persediaan keahlian,
3. Rekomendasi dari karyawan,
4. Walks-in,
5. Writes-in,
6. Perguruan tinggi,
7. Institusi pendidikan,
8. Iklan,
9. Agen penempatan kerja, dan
10. Konsultan manajemen dan
executive search firms.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Penarikan
Penarikan adalah serangkaian aktivitas
mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan
pengetahuan yang diperlukan untuk menutupi kekurangan yang diindentifikasikan
dalam perencanaan kepegawaian. Aktivitas penarikan dimulai pada saat lamaran
mereka diserahkan. Melalui penarikan, individu yang memiliki keahlian yang
dibutuhkan didorong untuk membuat lamaran terhadap pekerjaan yang tersedia di
perusahaan. Hasilnya adalah sekumpulan pelamar kerja yang akan diseleksi untuk
menjadi karyawan baru.
3.2. Tujuan Aktivitas Penarikan
Aktivitas penarikan melayani tiga tujuan
dalam proses penyusunan pegawai, antara lain :
Pertama : Aktivitas ini
memikat pelamar yang melamar kesempatan kerja. Ukuran dan karakteristik
kelompok pelamar membatasi sampai dimana aktivitas penyusunan pegawai
berikutnya mencapai tujuan.
Kedua : Aktivitas
penarikan dapat mempengaruhi apakah pelamar menerima tawaran pekerjaan yang
mereka terima.
Ketiga : Aktivitas penarikan merupakan pertukaran
informasi.
3.2.1.Dasar-dasar Program Penarikan
Mencakup faktor-faktor
berikut :
1. Program penarikan memikat banyak
pelamar yang memenuhi syarat.
2. Program penarikan tidak pernah
mengkompromikan standar seleksi.
3. Berlangsung atas dasar yang
berkesinambungan.
4. Program penarikan itu
kreatif,imaginative,dan inovatif.
3.3. Kendala-kendala Penarikan
Kendala-kendala yang umum dalam
penarikan meliputi:
1. Karakteristik organisasional
2. Kebijakan organisasional
3. Tujuan organisasional
4. Rencana-rencana sumber daya manusia
5. Program perjanjian kerja
6. Kebiasaan-kebiasaan penarikan
7. Kondisi eksternal
8. Persyaratan pekerjaan
3.4. Proses Penarikan
Aktivitas penarikan tidak akan terjadi
sampai seseorang dalam organisasi telah memutuskan karyawan seperti apa yang
dibutuhkan dan beberapa banyak jumlahnya. Proses penarikan terdiri dari:
1. Pembuatan rencana untuk merekrut
2. Penyusunan strategi unyuk
merekrut
3. Mencari pelamar kerja
4. Menyisihkan pelamar yang tidak
cocok
5. Mempertahankan kumpulan pelamar
3.5. Alternatif
terhadap Penarikan
1) Lembur
Barangkali metode yang paling lazim digunakan untuk menghadapi fluktuasi
dalam volume kerja adalah melalui penggunaan waktu lembur. Waktu lembur mungkin
dapat membantu karyawan maupun perusahaan. Perusahaan mungkin beruntung dengan
mengurangi penarikan, seleksi, dan biaya pelatihan. Karyawan mungkin
diuntungkan dari tingkat gaji yang lebih tinggi.
2) Kontrak
Pendekataan ini memiliki daya tarik tersendiri pada saat orang yang
dikontrakan sungguh-sungguh memiliki keahlian yang tinggi dalam menghasilkan
produk atau jasa tertentu.
3) Karyawan
Temporer
Perusahaan penyedia tenaga kerja temporer membantu perusahaan dengan
menangani kelebihan atau beban kerja khusus (special workloads). Mereka
menugaskan karyawan mereka sendiri untuk pelanggan mereka dan memenuhi semua
kewajiban-kewajiban yang normalnya dihubungkan dengan suatu perusahaan.
4) Leasing
Karyawan
Alternatif terhadap penarikan yang semakin berkembang adalah leasing karyawan.
Menggunakan pendekatan ini, suatu perusahaan secara formal memberhentikan
beberapa atau sebagian besar karyawan. Suatu perusahaan leasing kemudian
mengangkat mereka biasanya pada gaji yang sama dan me-leasing mereka
kembali ke perusahaan sebelumnya yang sekarang menjadi klien perusahaan leasingtersebut.
3.6. Sumber-sumber Penarikan : Internal dan Eksternal
Terdapat dua sumber utama penarikan yang dapat digunakan : sumber internal
dan eksternal. Sumber internal berkenaan dengan karyawan yang ada saat ini di
dalam organisasi, sedangkan sumber eksternal adalah individu yang saat ini
tidak dikaryakan oleh organisasi. Perusahaan dapat memperoleh orang yang
direkrut dari kedua sumber ini.
Sumber Internal : Taatkala terdapat kekosongan jabatan, tempat pertama yang harus dilirik
oleh organisasi untuk penggantian adalah di dalam dirinya sendiri. Melalui
kebijakan penarikan internal, karyawan dari dalam perusahaan diberikan
kesempatan pertama untuk mengisi jabatan yang lowong.
3.6.1. Kebijakan
Penarikan Internal memiliki kelebihan:
1. Sebagian besar orang umumnya
mengharapkan adanya peningkatan gaji dan status dalam karier mereka.
2. Manajemen perusahaan dapat
secara lebih akurat menilai keahlian, pengetahuan, dan karakteristik dari
karyawan.
3. Problem penarikan dan seleksi
dapat disederhanakan, karena yang direkrut dari luar hanyalah
pekerjaan-pekerjaan entry.
4. Individu yang ditarik dari dalam
tentunya telah lebih mengenal perusahaan dan orang-orangnya.
3.6.2. Kebijakan Penarikan Internal memiliki
kelemahan:
1. Menimbulkan pertikaian.
2. Tidak ada organisasi yang suatu saat
tidak akan memanfaatkan injeksi.
3. Perubahan teknologi yang
sedemikian cepat menyebabkan organisasi yang tidak berkembang.
Sumber Eksternal : Sumber penarikan eksternal meliputi individu yang saat ini tidak menjadi
anggota organisasi. Keuntungan terbesar penarikan dari sumber eksternal adalah
bahwa jumlah pelamar yang lebih besar dapat direkrut. Hal ini tentunya mengarah
kepada kelompok pelamar yang lebih besar dan lebih qualified dibandingkan yang
normalnya dapat direkrut secara internal.
3.6.3. Kebijakan
Penarikan Eksternal Mempunyai Beberapa Kelebihan:
1. Orang-orang yang direkrut dari
luar membawa ide-ide dan wawasan baru ke dalam perusahaan.
2. Penarikan pelamar dari luar
untuk level menengah dan lebih tinggi akan mrngurangi pertikaian di antara karyawan
karena perebutan promosi.
3.6.4. Kebijakan Penarikan Eksternal
Juga Mempunyai Kelemahan:
1. Perusahaan menanggung resiko
dalam mengangkat seseorang dari luar organisasi.
2. Perusahaan menanggung biaya
kesempatan.
3. Jika pengangkatan dari luar serung
terjadi, karyawan yang ada sekarang mungkin menjadi tidak puas.
3.7. Saluran-saluran Penarikan
Cara-cara penemuan orang-orang yang direkrut sering sekali diartikan
sebagai saluran-saluran. Saluran-saluran yang biasanya digunakan dalam
penarikan di antaranya adalah:
1. Job posting,
2. Persediaan keahlian,
3. Rekomendasi dari karyawan,
4. Walks-in,
5. Writes-in,
6. Perguruan tinggi,
7. Institusi pendidikan,
8. Iklan,
9. Agen penempatan kerja, dan
10. Konsultan manajemen dan
executive search firms.
BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mengamati dan mencermati tentang penarikan tenaga kerja sebagai pengetahuan
dan usaha mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau malamar lowongan
pekerjaan yang ada dalam perusahaan. Penarikan tenaga kerja dipengaruhi oleh
balas jasa yang diberikan, status karyawan, kesempatan promosi, job
spesification, metode penarikan, dan soliditas perusahaan metode penarikan.
Dalam penarikan tenaga kerja juga terdapat kendala-kendala yaitu
kebijaksanaan organisasi, persyaratan-persyaratan jabatan, metode pelaksanaan
penarikan, kondisi pasar tenaga kerja, soliditas perusahaan, dan kondisi
lingkungan eksternal.
4.2. Saran
Berikut ini adalah saran-saran yang diberikan dalam penarikan tenaga kerja,
yaitu:
1. Karyawan harus mempunyai kewibawaan
dan keterampilan sehingga dapat dipromosikan oleh perusahaan.
2. Perusahaan harus membuka sistem
kerja baru dalam perusahaan sebanyak-banyaknya.
3. Meningkatkan prestasi kerja
karyawan lama.
Daftar Pustaka
Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia
Edisi Ke-1.Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
1995.
1. Pengertian, Maksud, dan Tujuan
1.1 Pengertian Penarikan
Penarikan (recruitment) adalah
proses pencarian dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk
melamar sebagai karyawan. Proses ini dimulai ketika para pelamar dicari dan
berakir bila lamaran-lamaran (aplikasi) mereka diserahkan.
Definisi rekrutmen menurut Siagian
(2009:102) adalah “Proses mencari, menemukan, dan menarik pelamar untuk
dipekerjakan dalam suatu organisasi”. Sedangkan menurut Hasibuan (2007:40)
“Penarikan adalah usaha untuk mencari dan mempengaruhi tenaga kerja, agar mau
melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan”.
Menurut Mathis and Jakson,
perekrutan adalah proses mengumpulkan sejumlah pelamar yang berkualifikasi
bagus untuk pekerjaan didalam organisasi atau perusahaan. Dalam arti kata,
merupakan penarikan (recruitment) adalah sebagai proses pencarian dan pemikatan
calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan
(Handoko,2001:69)
Menurut Ivancevich dan glueck (dalam
Sukamti,1989:133) recruiting adalah serentetan kegiatan yang digunakan oleh
organisasi untuk menarik calon pegawai yang memiliki kemampuan dan sikap yang
dibutuhkan untuk membantu mencapai tujuannya.
Sedangkan menurut Schuler dan
Youngblood (dalam Sukamti,1989:133) rekrut (recruitmen) adalah serentetan
kegiatan dan proses yang digunakan untuk mendapatkan secara sah orang-orang
yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Pada tepat dan waktu yang tepat
sedemikian sehingga orang dan organisasi dapat memilih satu dengan lainnya
sesuai dengan keinginan mereka dalam jangka waktu pendek dan panjang.
Dapat disimpulkan bahwa rekrutmen
merupakan proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang kualifaid untuk
jabatan/pekerjaan utama di lingkungan suatu organisasi atau perusahaan. Berarti
rekrutmen merupakan langkah pertama dalam rangka menerima seseorang dalam suatu
lembaga atau organisasi.
1.2 Maksud dari Penarikan
Kegiatan penarikan dilakukan dengan
memperhatikan aspek legalitas yang berlaku dalam rangka memperoleh sejumlah
tenaga yang diperlukan.
Adapun maksud dan pentingnya
penarikan ini adalah :
·
Menetukan kebutuhan penarikan tenaga kerja
·
Meningkatkan jumlah pelamar kerja secara efisien
·
Membantu meningkatkan rating proses seleksi dengan
mengurangi jumlah pelamar kerja yang underqualified atau overqualified
·
Mengurangi kemungkinan berhenti atau mutasi setelah
diangkat
·
Memenuhi kewajiban organisasi melaksanakan program
pemerataan kesempatan kerja
·
Mengidentifikasi dan menyiapkan calon-calon tenaga
kerja yang potensial
·
Meningkatkan efektivitas organisasi dan individu baik
untuk jangka pendek maupun panjang
·
Menilai efektivitas berbagai teknik dan lokasi
rekrutmen
1.3 Tujuan dari Penarikan
Tujuan aktivitas penarikan terdiri
dari :
1.
Memikat pelamar yang melamar kesempatan kerja
2.
Mempengaruhi pelamar menerima tawaran yang mereka
terima
3.
Sebagai sarana pertukaran informasi
2. Alasan-alasan
Dasar Penarikan
Ada beberapa alasan yang mendorong
suatu organisasi melakukan penarikan pegawai yaitu :
1.
Berdirinya organisasi baru
2.
Adanya perluasan kegiatan organisasi
3.
Terciptanya pekerjaan dan kegiatan-kegiatan baru
4.
Adanya pekerja yang pindah keorganisasi lain
5.
Adanya pekerja yang berhenti, baik dengan hormat maupun
tidak dengan hormat sebagai tindakan punitive
6.
Adanya pekerja yang berhenti karena memasuki usia
pension
7.
Adanya pekerja yang meninggal dunia
Agar kegiatan produktivitas disuatu
organisasi tidak mengalami gangguan yang diakibatkan oleh berbagai factor,
seperti yang disebutkan diatas maka organisasi tersebut dengan cara melakukan
penarikan pegawai tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya.
3. Penarikan
dan Pengaruh Nilai
3.1 Penarikan
Setiap organisasi, terlepas dari
ukuran, produk, maupun jasa yang dihasilkannya, harus merekrut pelamar kerja
untuk mengisi ebuah posisi. Pengisian kekosongan di dalam sebuah organisasi
disebabkan oleh pertumbuhan, perubahan struktur dan fungsi, ataupun putaran
karyawanya. Hal tersebut memerlukan pencarian orang-orang yang dapat memenuhi
persyaratan posisi yang kosong. Sumber karyawandapat berasal dari sumber
internal maupun eksternal.
Bentuk pekerjaan yang harus diisi
serta berbagai kebijakan dan praktik organisasi akan menentukan yang mana dari
sumber tadi yang paling tepat untuk mengisi posisi yang lowong. Sebab itu,
salah satu aspek keputusan seleksi adalah pengambilan keputusan dimana akan
merekrut.
Sebelum perusahaan dapat menyeleksi
dan mengangkat pelamar yang mempunyai kualifikasi terbaik, terlebih dahulu
harus direkrut orang-orang untuk pekerjaan yang tersedia. Prosedur seleksi
karyawan yang efektif tergantung pada efektivitas proses rekrutmen. Kandidat-
kandidat yang menonjol tidak akan dapat diseleksi manakala mereka tidak
termasuk dalam kumpulan pelamar.
3.2 Pengaruh Nilai
Pengaruh lingkungan, terutama
nilai-nilai, terhadap MSDM sangat besar. Pengaruh tersebut tampak sangat nyata
dari nilai-nilai yang ditimbulkan oleh kondisi ekonomi, politik, social-budaya
dan teknologi, serta hukum. Pengaruh tersebut kemudian termanifestasikan dalam
berbagai bentuk outcome, berupa undang-undang, instruksi-instruksi pimpinan
eksekutif, aturan-aturan pembuatan keputusan dan interpretasi dan tinjauan dari
lembaga yudikatif. Nilai-nilai yang saling berpengaruh terhadap perilaku dan
tindakan dari lembaga-lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif.
Nilai-nilai yang saling berkompetisi
dalam kondisi-kondisi ekonomi, politik, social-budaya dan perubahan teknologi
tertentu, dapat dimanifestasikan dalam jiwa dan semangat isi dari berbagai
bentuk peraturan, baik yang dihasilkan oleh lembaga eksekutif, legislative,
yang dianggap sensitive terhadap aspirasi dan keinginan rakyat, maupun
yudikatif. Misalnya, instruksi pimpinan dapat berbentuk keputusan mengenai
pengadaan posisi-posisi baru, atau peniadaan posisi-posisi tertentu,
berdasarkan suatu sistem merit yang ketat atau longgar hingga ke tingkat
penekanan yang tinggi terhadap obyektivitas penilaian performansi, yang sangat
mengutamakan nilai-nilai efisiensi dan efektifitas dibandingkan dengan
nilai-nilai hak pekerja dan keadilan social. Pengaruh nilai-nilai ini terasa
pada berbagai bentuk aktivitas MSDM, mulai dari aktivitas pencarian, rekrutmen,
hingga aktivitas sanksi.
Nilai-nilai disaring melalui
kondisi- kondisi ekonomi, politik, social/budaya dan teknologi, kemudian
menghasilkan berbagai peraturan perundang-undangan, baik oleh lembaga
eksekutif, legislative maupun yudikatif, yang semuanya akan berdampak terhadap
berbagai fungsi MSDM. Nilai-nilai keadilan social dan responsiveness politik
biasanya tercermin dalam berbagai aturan yang diloloskan oleh lembaga
legislative, yang dianggap wakil rakyat yang sensitif terhadap kebutuhan dan
aspirasinya.
v Kondisi Ekonomi
Kondisi-kondisi ekonomi sangat
mempengaruhi tersedia/tidaknya lapangan kerja, baik disektor public maupun
sektor swasta, dan sekaligus menyebabkan meningkatnya tuntutan-tuntutan akan
pelayanan public. Misalnya, pada saat terjadi resesi ekonomi, lapangan kerja
menjadi sangat langka, maka nilai efisiensi mendapat perhatian dan penekanan
yang utama. Dan kecenderungan orang untuk pindah kerja pun menjadi sangat
berkurang. Dalam kondisi yang demikian, para majikan akan menjadi lebih
selektif dalam keputusan-keputusannya mengenai siapa (kualitas) dan berapa
(kuantitas) pelamar yang harus diterima dan dipekerjakan. Persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan pun menjadi meningkat. Tuntutan-tuntutan bagi pelayanan
pun meningkat.
v Kondisi Politik
Kondisi politik pun sangat
mempengaruhi fungsi-fungsi MSDM. Pergantian pimpinan-pimpinan politik, atau
pejabat-pejabat yang diangkat secara politik, perubahan pada
prioritas-prioritas program dan/atau pelayanan, serta pergantian
kebijaksanaan-kebijaksanaan sangat berpengaruh terhadap MSDM. Orang cenderung
mempengaruhi fungsi-fungsi MSDM berdasarkan keyakinan politiknya.
v Kondisi Sosial/Budaya
Segala perubahan yang terjadi pada
lingkungan social budaya berpengaruh terhadap MSDM. Perubahan karakteristik
demografis, pendidikan, keyakinan, nilai, kesemuanya menuntut perhatian dan
penanganan tersendiri dalam MSDM. Misalnya, perubahan dalam jumlah tenaga kerja
wanita dipasar tenaga kerja, atau pertambahan usia manusia yang menambah jumlah
orang tua, semuanya menghendaki adanya perlakuan tertentu melalui MSDM.
Affirmative action dan/atau keadilan social, dalam keadaan yang demikian,
merupakan pilihan yang utama.
v Kondisi Teknologi
Teknologi sangat mempengaruhi
fluktuasi lapangan kerja. Setiap perubahan teknologi akan membawa dampak yang
bermuara pada dua hal, yakni pada satu sisi, perubahan teknologi bisa membantu
menciptakan lapangan kerja baru. Pada sisi yang lain, dan barangkali merupakan
sisi negatifnya, perubahan teknologi bisa membawa akibat terjadinya pengurangan
lapangan kerja dan pengangguran. Karena banyak pekerjaa yang tadinya dikerjakan
oleh tenaga-tenaga manusia, mulai dikerjakan oleh mesin. Perubahan pada
teknologi tidak hanya berpengaruh pada tingkat suplai dan demand bagi berbagai
jenis keterampilan, tetapi juga berdampak terhadap perencanaan, teknik-teknik
rekrutmen, perhatian yang diutamakan dalam berbagai jenis pelatihan, jenis
keterampilan tertentu dan hubungannya dengan pasar, kemampuan sektor public
untuk bersaing bagi pekerjaan yang langka.
4. Penarikan
Orang-orang yang diangkat secara Politik
Rekrutmen ini dilakukan tidak hanya untuk
menarik atau mendapatkan tenaga-tenaga yang bersifat teknis, tetapi juga
perekrutan dilakukan oleh lembaga-lembaga negara yang bersifat politis. Di
samping itu perekrutan juga dilakukan untuk pengisian jabatan-jabatan eksekutif
dan staf ahli.
Hal-hal yang merupakan salah satu
ciri perbedaan antara pimpinan yang diangkat secara politis dengan pimpinan
yang diangkat berdasarkan karir yaitu:
a)
Orang yang diangkat/ditunjuk secara politis biasanya orientasi
kesetiaannya ke atas, yakni kepada pejabat yang mengangkatnya. Orang-orang tersebut dikenalkan dengan pegawai-pegawai dan jabatan-jabatannya dikarenakan kesetiaan politik dan psikologi yang telah mereka berikan kepada pejabat yang terpilih.
kesetiaannya ke atas, yakni kepada pejabat yang mengangkatnya. Orang-orang tersebut dikenalkan dengan pegawai-pegawai dan jabatan-jabatannya dikarenakan kesetiaan politik dan psikologi yang telah mereka berikan kepada pejabat yang terpilih.
b)
Mereka biasanya tidak banyak mengetahui tentang struktur dan fungsi dari
instansi pemerintah yang mereka jalankan, walupun mungkin penunjukan mereka
didasarkan kepada latar belakang pengalaam yang dianggap berkaitan denagn
posisi yang mereka duduki
c)
Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang juga dianggap berhasil dalam
usaha-usahanya di sektor swasta.
d)
Orang-orang yang terpilih secara politikini dalam hal-hal tertentu, mungkin
melihat para birokrat karir sebagai orang-orang yang tidak tida mempunyai daya
tanggap secara pilitik,, termasuk loyalitas mereka terhadap program-program
atau kebijakan-kebijakan dari pemerntah terdahulu. Oleh karena itu para pejabat
terpilih memandang proteksi-proteksi pelayanan sipil sebagai red tape
(berbelit-belit) yang memelihara pegawai-pegawai yang tidak produktif pada
pegawai-pegawai mereka.
5. Pengaruh
Eksternal Terhadap Penarikan
Tidak ada satupun organisasi yang
boleh mengabaikan apa yang terjadi di sekitarnya. Artinya dalam mengelola
organisasi, factor-faktor eksternal atau lingkungan harus selalu mendapat
perhatian. Juga dalam hal merekrut tenaga kerja baru.
Contoh dari factor eksternal dalam
proses rekrutmen antara lain :
1.
Tingkat pengangguran
Apabila tingkat pengangguran tinggi,
maka para pencari tenaga kerja dapat bertindak lebih selektif karena banyaknya
pencari pekerjaan yang melamar, mungkin banyak diantaranya yang memenuhi
persyaratan melebihi ketentuan organisasi untuk mengisi lowongan yang tersedia.
Sebaliknya, apabila tingkat pengangguran rendah, maka para pencari tenaga kerja
tidak tepat jika “jual mahal” karena para pencari pekerjaan tidak terlalu sikar
memperoleh pekerjaan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalamannya.
2. Kedudukan organisasi pencari
tenaga kerja baru via a vis organisasi lain yang bergerak di bidang
kegiatan yang sama atau menghasilkan barang dan jasa sejenis. Posisis
organisasi dibandingkan dengan organisasi lain yang bergerak dalam kegiatan
sejenis dapat digolongkan pada tiga keadaan: lebih kuat, relatif sama atau
lebih rendah. Kedudukan relatif suatu organisasi menentukan sikap para pencari
tenaja kerja dalam menyelenggarakan rekrutmen.
3. Langka tidaknya keahlian atau
ketrampilan tertentu
Di pasaran kerja, tersedia tidaknya
orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu bukanlah hal yang
konstan. Artinya, bisa saja terjadi bahwa pada suatu ketika terjadi kelangkaan
orang yang memiliki keahlian atau ketrampilan tertentu. Dalam hal ini, sikap
dan tindakan para pencari tenaga kerja baru pasti berbeda dengan jika tidak
menghadapi suasana kelangkaan.
4. Proyeksi angkatan kerja pada
umumnya
Berkaitan dengan factor demografi,
seperti laju pertumbuhan pendudukan, komposisi penduduk, jumlah dan jenis
luaran lembaga-lembaga pendidikan, presentase penduduk yang termasuk kategori
angkatan kerja dan sebagainya. Para pencari tenaga kerja akan dapat
memperkirakan apakah jumlah pelamar akan banyak atau tidak dan dengan
kualifikasi yang bagaimana.
5. Peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan
Berbagai peraturan
perundang-undangan merupakan faktor eksternal yang harus diperhitungkan dan
ditaati. Misalnya mengenai upah minimum, upah lembur, ketentuan memperkejakan
wanita dalam presentase tertentu, larangan mempekerjakan wanita di malam hari,
hak cuti pegawai, ketentuan mengenai cuti hamil bagi wanita yang sudah menikah,
juga larangan atau pembenaran mempekerjakan tenaga asing.
6. Praktek rekrutmen oleh
organisasi-organisasi lain
Teori manajemen sumber daya manusia
menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya manusia diselenggarakan
berdasarkan norma-norma etika yang berlaku di masyarakat. Akan tetapi
pengalaman menunjukkan tidak selalu demikian. Itulah sebabnya selalu terjadi
praktek-praktek pengelolaan organisasi, termasuk dalam hal rekruitmen yang
melanggar norma-norma etika tersebut.
7. Tuntutan tugas yang kelak akan
dikerjakan oleh para pekerja baru
Dalam hal ini terlihat bahwa
pentingnya arti peranan informasi tentang analisis pekerjaan. Dengan informasi,
para pencari tenaga kerja tidak lagi berpedoman kepada keinginan para manajer
yang akan mempekerjakan tenaga baru kelak, tetapi memperhitungkan faktor-faktor
lain yang memang harus diperhitungkan.
Hal penting yang perlu perhatian
antara lain:
·
Para manajer yang memerlukan tenaga kerja baru sering
hanya mengatakan agar para pencari tenaga kerja berusaha mencari tenaga kerja
baru yang paling memenuhi syarat.
·
Sering dalam mengelola sumber daya manusia pengertian
“berpengalaman sekian tahun” diartikan dengan “memiliki masa kerja sekian
tahun”, padahal kedua hal itu berbeda.
·
Mencari tenaga kerja yang sudah berpengalaman
memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar. Maka pengalaman yang
dipersyaratkan benar-benar dituntut oleh pekerja yang sedang lowong.
·
Tenaga kerja yang sudah berpengalaman akan menuntut
imbalan yang cukup tinggi. Jika tidak yang bersangkutan mungkin tidak berminat
bekerja pada organisasi yang berusaha merekrutnya.
·
Jika ternyata kemudian bahwa tenaga kerja baru itu
dipekerjakan pada satuan kerja yang tidak menuntut pengalaman, sangat mungkin
tenaga kerja baru akan bosen atau bahkan tidak berahan lama dalam organisasi.
Berbagai kendala yang mungkin
dihadapi dalam merekrut tenaga kerja harus dipertimbangkan secara matang karena
hanya dengan demikianlah waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan sepadan
dengan hasil yang dicapai, yaitu tersedianya tenaga kerja baru yang memenuhi
berbagai persyaratan dan tuntutan tugas yang akan dilaksanakan.
6. Teknik-Teknik
Penarikan
Teknik-teknik rekrutmen, baik di
sektor publik maupun swasta dapat dilakukan melalui asas disentralisasikan atau
didesentralisasikan, tergantung keadaan (besarnya) organisasi, kebutuhan dan
jumlah calon pekerja yang hendak direkrut.
1.
Centralized Recruitment TechniqiueTeknik (Rekrutmen
yang Disentralisasikan)
Jika instansi tersebut mempunyai
beberapa ribu pekerja, dan jika departemen-departemen yang berbeda merekrut
sejumlah besar pekerja juru ketik atau teknis bagi tipe kedudukan yang sama,
rekrutmen yang disentralisasikan akan lebih sering dipakai karena lebih efisien
biaya.
Jika rekrutmen disentralisasikan,
instansi yang mengelola sumber daya manusia itu akan bertanggungjawab untuk
meminta dari para manajer akan perkiraan-perkiraan periodik mengenai jumlah dan
tipe pekerja-pekerja baru yang dibutuhkan di waktu akan datang.
1.
jenis pekerja, klasifikasi, dan besarnya gaji
1.
lokasi tugas (unit geografis dan organisasi)
2.
gambaran dari kewajiban-kewajiban kerja.
3.
Kualifikasi minimal
4.
Tanggal mulai kerja
5.
Prosedur-prosedur pelamaran,
6.
Tanggal penutup bagi
2. Decentralized
Recruitment Techniqiue (Teknik Rekrutmen yang Didesentralisasikan)
Rekrutmen yang didesentralisasikan
terjadi di instansi-instansi yang relatif kecil, kebutuhan-kebutuhan rekrutmen
terbatas, dan dalam mana setiap instansi mempekerjakan berbagai tipe pekerja.
Rekrutmen dengan cara ini selalu dipakai untuk posisi-posisi khas profesional,
ilmiah, atau administratif bagi suatu instansi tertentu. Selama masa resesi, di
mana permintaan akan pekerjaan-pekerjaan pemerintah meningkat tetapi
lowongannya terbatas, maka penggunaan rekrutmen dengan cara ini lebih efektif.
7. Name
Request : Gabungan Politik dan Pelayanan Sipil
Teknik Name Request (kombinasi
antara politik dan pelayanan sipil). Teknik kombinasi antar politik dan sipil
merupakan proses rekrutmen yang melibatkan nilai-nilai political
responsiveness dan managerial efficiency. Khusunya
untuk lowongan-lowongan jabatan profesional dan administratif tingkat atas,
sistem ini lebih banyak dipergunakan tingkat atas, teknik name
request ini sering dipergunakan, walaupun teknik ini tidak terlepas
dari kelemahan-kelemahan.
Kelemahan-kelemahan tersebut adalah:
1.
Karena dapat mengarah sistem cronyism dalam
pengangkatan seseorang dan bisa bertentangan dengan tujuan-tujuan social
equity atau efficiency dari instansi-instansi.
2.
Karena bisa membatasi hak-hak pegawai
3.
Dapat secara tidak adil mengeluarkan nama-nama dari
para pelamar yang telah ada lebih dahulu dalam daftar
Pandangan lain berpendapat bahwa
melalui teknik ini instansi memungkinkan untuk mewawancarai dan melakukan
praseleksi terhadap pelamar yang memenuhi tuntutan kualifikasi. Dengan demikian
akan dapat menekan biaya terutama biaya surat menyurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar